Tingkatkan Kesehatan dengan Ubi Ungu
Warnanya yang khas membuatnya menonjol dari umbi lain. Dalam warna yang indah ini, terkandung antioksidan tinggi dan kekayaan nutrisi yang membuat ubi ungu layak disebut superfood. Tingkatkan kesehatan sambil mendukung diversifikasi pangan dengan konsumsi ubi lezat ini.
Jika negara-negara Barat punya buah beri sebagai antioksidan alami, maka Indonesia punya ubi ungu. Dari sekian banyak kekayaan sumber daya pangan lokal di tanah air, ubi ungu merupakan salah satu primadona baru.
Sebagai sumber pangan lokal, umbi yang satu ini sesungguhnya sudah lama dikonsumsi masyarakat Indonesia. Tercatat, produktivitas ubi jalar Indonesia pada 2012 adalah 13,93 ton per hektar - diatas rata-rata produktivitas dunia. Setahun sebelumnya, Indonesia juga sempat menduduki urutan ketujuh eksportir ubi jalar di dunia.
Meski begitu, masih banyak yang belum tahu besarnya kandungan nutrisi menyehatkan di dalam ubi ungu. Ya, umbi yang satu ini tak hanya kaya akan kandungan zat gizi makro dan mikro, tapi ia juga kaya antioksidan alami, yaitu antosianin dan karoten, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Oleh para pakar nutrisi, ubi jalar ungu digolongkan sebagai functional food, yakni sumber pangan yang dapat diandalkan sebagai pemelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Bahkan, sejumlah pangan fungsional dapat menyembuhkan atau menghilangkan efek negatif dari penyakit tertentu.
"Melalui pengolahan ubi ungu yang tepat, dapat dihasilkan produk turunan yang aman, bernilai tinggi dan tahan lama sehingga bisa dikonsumsi untuk kudapan," papar Prof. Dr. Ir. Purwiyanto Hariyadi, MSc., Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Tak heran jika ubi ungu didapuk sebagai superfood. Kandungan gizi superior yang dimiliki ubi ini membuatnya berpeluang untuk mensubstitusi serealia. Mari kita telaah keunggulan umbi satu ini, dari manfaat sampai pengolahannya.
Pertama, ubi jalar ungu mengandung karbohidrat kompleks serta indeks glikemik yang rendah.
Kekayaan serat ini tak hanya baik bagi saluran cerna yang sehat, tapi juga berpotensi mencegah berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes dan obesitas. Karbohidrat kompleks juga akan menyerap kelebihan lemak dan kolesterol serta mencegah sembelit. Karena faktor ini pula, ubi ungu sesuai untuk penderita alergi gluten.
"Selain karbohidrat kompleks, ubi ungu juga mengandung vitamin A, B. C, serta zat besi dan kalsium," papar Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, Guru Besar Fakultas Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
"Kandungan antioksidan alami ubi ungu juga tinggi. Bahkan, lebih kuat bila dibandingkan dengan vitamin C. Dengan mengkonsumsi ubi ungu, kita dapat meningkatkan asupan antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas yang baik untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif," ungkap Prof. Ali.
Antioksidan merupakan zat yang berfungsi memberikan perlindungan tubuh dari racun, radikal bebas, dan bakteri patogen. Kemampuan antioksidan ubi ungu adalah menangkal radikal bebas, penyebab utama kerusakan pada sel yang berasosiasi dengan terjadinya penuaan dan penyakit degeneratif.
Antioksidan unik dalam ubi ungu adalah antosianin, senyawa polifenol yang tak hanya memiliki kapasitas antioksidan, tapi juga antiinflamasi dan relaksasi pembuluh darah. Antosianin merupakan komponen flavonoid yang meningkatkan proliferasi Bifidobacterium dan Lactobacillus/Enteroccus (probiotik) untuk kesehatan saluran cerna.
Antosianin juga dilaporkan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik dan dapat mencegah gangguan pada fungsi hati, serta bersifat antihipertensi dan antihiperglikemik.
Yang tak kalah penting, dengan mengkonsumsi ubi ungu kita tak hanya meningkatkan kesehatan diri, tapi juga membantu program diversifikasi pangan pokok.
Program ini penting untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi Indonesia. Sesuai pedoman gizi seimbang, diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam upaya penurunan masalah pangan dan gizi.
"Program diversifikasi pangan menjadi penting karena hingga saat ini ketergantungan konsumsi pangan masyarakat Indonesia terhadap sumber karbohidrat (makanan pokok) khususnya beras masih tergolong tinggi atau lebih dari 60 persen," imbuh Prof. Ali.
Prof. Ali menegaskan, "Indonesia masih menghadapi tantangan yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Karena itu, ketahanan pangan menjadi problem tersendiri. Disinilah komoditi alternatif dibutuhkan dalam upaya meningkatkan pengembangan pangan alternatif berbasis umbi-umbian seperti ubi jalar ungu ini."
Pengembangan produksi dan pemanfaatan ubi jalar ungu cukup prospektif sejalan dengan program diversifikasi pangan. Karena itu, ubi ungu adalah salah satu jenis bahan pangan lokal yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan makanan pokok untuk mengurangi beban beras.
Komentar