Membaca itu Memperkaya Batin Kita
Suatu pagi di awal bulan Agustus 2017. Beragam tanya mengusik hati. Hanya bertanya. Tanpa jawaban. Nurani enggan bertanya. Tak terucapkan, hanya terungkapkan dalam kesenyapan yang membisu. Berkaca pada hari demi hari yang sudah berlalu membimbing kita untuk menatap hari ini. Hari esok? Itulah yang kita rangkai hari ini. Bermuara pada semburat harapan serta kasih dan kuasa Illahi, kita merangkai hari ini dan esok. Akankah ada hari esok yang tiba bersama sebuah harapan?
Umur manusia menentukan kematangan mengurai dan merangkai harapan. Saya teringat kata-kata Napoleon Bonaparte. "Kesuksesan dicapai dari rangkaian rajutan harapan dan keyakinan. Titik awalnya bernama keinginan." Ujung-ujungnya adalah keinginan. Sumbernya adalah niat. "Grow and nature it. You'll be touched by your loving angel softly and tenderly." Niat harus didukung hidup ikhlas dan jujur dengan sikap santun dalam bertutur kata. "Kind words can be short and easy to speak, but their echoes are truly endless," tutur Bunda Teresa (Kata-kata santun bisa singkat dan mudah diucapkan, tetapi gemanya sungguh tiada batas jauhnya).
Pak Muhtar bekerja sebagai penyapu jalan di kampung tempat tinggal saya. Dia bekerja dengan ikhlas dan jujur, dan tampaknya sangat menikmati pekerjaannya. Meski jarang menerima ucapan terima kasih dari warga yang dilayani, dia tetap setia menjalankan tugasnya. Yang sering dialaminya justru keluhan bernada marah, bila sesekali dia terlambat mengambil sampah warga yang suka menuntut atau tak mau memahami tubuhnya yang lagi sakit atau halangan yang bersifat manusiawi.
"If a man is called a street sweeper, he should sweep streets even as Michaelangelo painted, or Beethoven composed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say, 'Here lived a great street sweeper who did his job well'," Martin Luther King pernah berkata. (Jika seseorang terpanggil menjadi penyapu jalan, dia harus melakukannya sama seperti Michaelangelo melukis, Beethoven mengarang lagu, atau Shakespeare menulis puisi, dia harus menyapu jalan dengan begitu bersih, sehingga seluruh penghuni surga dan dunia berkata, 'Disini seorang penyapu jalan yang agung menyelesaikan pekerjaannya dengan baik'.''
"Yang sulit, memaknai ucapan bijak itu lho!" ujar paman saya. Yang lebih sulit adalah memahami betul makna kredo Francis Bacon (1561-1626) itu: "Reading maketh a full man, conference a ready man, and writing an exact man." (Membaca menciptakan manusia seutuhnya, konferensi menciptakan manusia siap pakai dan menulis menciptakan manusia sejati). Namun membaca? Taufik Ismail pernah berujar bahwa sebagian masyarakat kita tengah dilanda krisis membaca. Menjadi orang yang gemar membaca sejatinya merupakan tugas mulia para orang tua. Ayah dan ibu berperan sebagai role model bagi anak-anak bahkan cucu-cucu mereka.
Olah baca memperkaya pengalaman batin kita. Dalam salah satu buku karya Eileen Rachman Jadi Nomor Satu (Jakarta, 2006), dia mencatat 7 keuntungan membaca alam semesta: (1) mengusir keraguan, kecemasan dan kesedihan; (2) menebalkan keimanan karena sesungguhnya bacaan adalah pelajaran yang paling besar, peringatan yang paling agung, pencegah kemungkaran yang paling efisien, dan perintah yang paling bijak; (3) melemaskan lidah menghiasi diri dengan kefasihan berbicara; (4) mengembangkan wawasan berpikir dan memperbaiki persepsi; (5) mengambil manfaat dari pengalaman orang lain; (6) menelaah berbagai kebudayaan yang menumbuhkan kesadaran akan perannya dalam kehidupan manusia; (7) menjaga kalbu dari kekacauan dan memelihara waktu dari kesia-siaan.
Komentar