Penyebab Katarak pada Anak


Meski katarak identik dengan usia lanjut, ada jenis katarak yang terjadi pada anak-anak. Kenali agar kita bisa lindungi si buah hati.

Katarak tak mengenal usia, bayi hingga lansia bisa mengalaminya.

Kendati ada sejumlah perbedaan katarak pada dua generasi berbeda ini, kita perlu memahami gejala awalnya agar dapat melakukan terapi yang tepat sedini mungkin.

Gejala katarak pada anak dapat dideteksi sejak dini. Misalnya, jika mata anak terlihat seperti ada keputihan di pupil, bola mata tampak tidak seimbang, atau anak mudah silau saat terkena sinar matahari.

Ini dipaparkan Dr. Ni Retno Setyoningrum, Sp.M(K), M.Med.Edu., Ketua Layanan Children's Eye & Squint Clinic JEC Kedoya.

Menurut Dr. Ning, begitu ia disapa, sejumlah kasus katarak yang dialami oleh bayi dan anak disebabkan oleh sejumlah faktor.

"Infeksi atau malnutrisi ketika bayi berada dalam kandungan, bayi yang lahir prematur, dan ibu yang terkena rubella atau toksoplasma akan meningkatkan kemungkinan bayi yang lahir memiliki gejala katarak," ujar Dr. Ning.

Penjelasan lebih jauh disampaikan oleh Dr. Melissa Yulita, Sp.M, dari RS OMNI Alam Sutera.

Dr. Melissa menyebutkan, katarak atau kekeruhan yang terjadi pada lensa mata ini mengganggu penglihatan, sebab lensa adalah struktur di dalam mata yang bening dan berfungsi untuk memfokuskan bayangan yang terlihat ke retina.

Selanjutnya, retina akan meneruskan impuls bayangan tersebut ke otak sehingga kita dapat melihat. Nah, kekeruhan yang terjadi pada lensa menyebabkan distorsi cahaya, sehingga bayangan tersebut tidak dapat difokuskan dengan baik pada retina.

"Keadaan ini menyebabkan impuls yang sampai ke otak juga tidak baik dan menimbulkan persepsi bayangan yang terlihat menjadi buram," papar Dr. Melissa.

Dr. Melissa menambahkan, gejala yang dapat dirasakan meliputi penglihatan yang buram, seperti berkabut dan silau.

"Pada orang dewasa, keluhan ini dapat disampaikan dengan baik kepada dokter mata. Ini tidak selamanya demikian jika katarak terjadi pada anak-anak, apalagi bayi," kata Dr. Melissa.

"Karena itu, kenalilah beberapa tanda katarak pada bayi dan anak yang harus diperhatikan, seperti hilangnya refleks merah atau terlihatnya warna putih pada bagian tengah mata bayi atau anak, yang disebut leukokoria," Dr. Melissa mengingatkan.

Ini antara lain terlihat ketika bayi atau anak terkesan acuh terhadap mainan atau orang di sekitarnya. Diagnosis dapat ditegakkan setelah dokter mata melakukan pemeriksaan mata bayi atau anak secara lengkap dan menemukan hilangnya red refleks dan adanya kekeruhan pada lensa.

Apa sih, perbedaan katarak pada usia dewasa dan pada anak?

Dr. Ning mencatat, katarak pada lansia terjadi sesudah bola mata dan penglihatan telah berkembang dan stabil. Sebagian besar kasus akan kembali melihat dengan baik setelah kataraknya dihilangkan.

"Sementara itu, katarak pada bayi dan anak terjadi dalam masa perkembangan bola mata dan penglihatan," ujar Dr. Ning. "Penglihatan seorang anak berkembang sejak lahir hingga usia 8-10 tahun."

Bila terjadi gangguan penglihatan yang signifikan pada masa ini dan tidak ditangani segera, maka bisa timbul ambliopia atau mata malas. Ini berarti, potensi penglihatan tidak pernah mencapai optimal meski penyebab gangguan penglihatan yang ada telah dihilangkan.

Menurut Dr. Ning, katarak masuk dalam kategori gangguan mata yang dapat dicegah dengan tindakan operasi.

"Meski demikian, prosedur operasi katarak pada pasien anak menjadi lebih kompleks dibandingkan pasien dewasa. Karena itu, untuk memastikan operasi berjalan lancar dan nyaman, dokter akan melakukan anestesia umum," kata Dr. Ning.

Pada pasien anak, operasi katarak bertujuan mengganti lensa yang keruh dengan lensa buatan. Pada bayi yang menderita katarak, tindakan operasi disarankan pada rentang usia dua sampai empat bulan.

"Semakin cepat melepas katarak pada bayi, semakin baik dampaknya pada fungsi penglihatan jangka panjang," tegas Dr. Ning.

Dr. Ning mengingatkan bahwa sebelum pelaksanaan operasi, pasien anak harus menjalani pemeriksaan pra-operasi terlebih dahulu.

Pemeriksaan ini meliputi kondisi awal sebelum operasi, yakni perlu tidaknya ditanam lensa intraokular sampai dengan pemeriksaan kondisi kesehatan secara menyeluruh, guna memastikan anak telah benar-benar siap menjalani operasi katarak.

Setelah pelaksanaan operasi, pasien anak perlu melakukan terapi ambliopia yang berfungsi untuk membiasakan anak dengan kondisi mata yang baru.

"Tentu, dukungan dan perhatian dari orangtua dan keluarga menjadi faktor penting yang membantu kesembuhan fungsi penglihatan anak," tandas Dr. Ning.

Sementara itu, Dr. Melissa menyebutkan bahwa setelah seorang anak terdiagnosis katarak, dokter mata akan menentukan beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan terapi.

"Faktor-faktor ini antara lain derajat terganggunya penglihatan, literalitas (satu atau dua mata), posisi, ukuran dan densitas kekeruhan lensa, serta usia anak," jelas Dr. Melissa.

Kabar baiknya, tindakan non operatif dilakukan untuk katarak yang kecil dan tidak mengganggu penglihatan secara signifikan. Hal ini dapat dievaluasi secara rutin ke dokter mata untuk memonitor keluasan katarak.

Bila katarak bertambah dan telah menimbulkan gangguan penglihatan, maka operasi katarak perlu dipertimbangkan. Operasi merupakan pilihan terapi pada kasus katarak yang mengganggu penglihatan secara signifikan.

"Operasi katarak pada waktu yang tepat sangat menentukan keberhasilan untuk mendapatkan penglihatan yang optimal," tegas Dr. Melissa.

Bersamaan dengan operasi katarak, dapat dilakukan pemasangan lensa intraokular.

Namun, batasan usia minimal anak untuk dilakukan pemasangan lensa intraokular alias IOL masih menjadi perdebatan. Aphakia Treatment Study Group merekomendasikan untuk tidak dilakukan pemasangan IOL saat operasi katarak pada bayi di bawah enam bulan.

Karena itu, diperlukan penggunaan kacamata afakia atau pemasangan lensa kontak untuk merehabilitasi penglihatan. Pemasangan lensa tanam dapat dilakukan di kemudian hari setelah kondisi mata anak memungkinkan.

Terapi perlu dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah timbul ambliopia.

"Ini sangat perlu ditekankan kepada orangtua dan keluarga. Oklusi atau menutup mata yang baik pada kasus katarak satu mata (unilateral) adalah salah satu terapi ambliopia," tandas Melissa.

Anak adalah harapan masa depan bangsa serta penerus generasi di masa mendatang. Mata merupakan organ vital pada anak yang memengaruhi kualitas hidup dan masa depannya.

"Karena itulah, orangtua hendaknya memastikan anaknya memiliki mata sehat yang akan mendukung mereka mencapai cita-citanya," pungkas Dr. Ning.

Penyebab Katarak pada Anak
✓ Herediter atau keturunan.
✓ Kelainan metabolik, seperti galactosemia, defisiensi G6PD, hipoglikemia, dan hipokalsemia.
✓ Trauma, seperti terpukul dan terkena lemparan bola.
✓ Katarak sekunder yang didahului penyakit sebelumnya, seperti juvenile idiopathic arthritis, tumor intraokular, terapi radiasi, dan penggunaan obat steroid.
✓ Infeksi sejak dalam kandungan, seperti Rubella, Toxoplasma, Toxocariasis dan Cytomegalovirus.
✓ Sindrom tertentu, seperti Sindrom Lowe dan Trisomi 21.


Komentar