Berkat Juno Kita Dapat Melihat Kumpulan Badai Topan
Setelah berkelana selama lima tahun dan hampir 1.8 miliar mil, pesawat angkasa luar NASA, Juno, mengumumkan ketibaannya di Yupiter dengan sinyal radio sederhana: bunyi bip selama tiga detik.
Bunyi bip yang telah lama dinanti-nantikan ini juga menandai akhir dari pembakaran mesin selama 35 menit untuk melambatkan pesawat itu dan ditangkap oleh gravitasi Yupiter.
"Ketika itu selesai, ada banyak perayaan," kata Rick Nybakken, manajer proyek Juno, "berarti kita berada di orbit mengitari Yupiter, dan itu sangat keren."
Misi Juno adalah menjelajahi enigma di bawah awan-puncak Yupiter. Seberapa jauhnya badai Great Red Spot yang telah berputar-putar selama berabad-abad di bawah sana? Apa yang ada di dalam planet terbesar di tata surya itu?
Juno akan menjadi pesawat pertama yang mengorbit Yupiter setelah lebih dari sepuluh tahun. Penjelajah robotik NASA sebelumnya, Galileo, menghabiskan delapan tahun di sana dan mengirim gambar-gambar yang menakjubkan dari planet itu serta banyak bulannya. Ia mengungkapkan ciri-ciri seperti samudra besar di bawah keras es dari bulan Eropa, yang sekarang dianggap sebagai tempat yang paling menjanjikan untuk mencari kehidupan di tempat lain tata surya.
Kali ini, fokusnya adalah Yupiter sendiri, dan terutama apa yang tidak bisa dilihat di bawah pita-pita awannya yang aneka warna.
Berkat Juno
Berkat Juno, satelit pertama yang berhasil mendekati Yupiter itulah, kita bisa melihat dari dekat kumpulan badai topan yang mengamuk di atmosfer planet raksasa tersebut.
Berbeda dengan Bumi yang didominasi warna biru, jika kita menatap Yupiter, kita akan melihat warna merah dan putih, serta pola garis dan bercak. Tapi, kedua kutubnya berwarna biru tua dan dipenuhi topan - sebagian berukuran sebesar Amerika Serikat.
Juno menunjukkan bahwa liukan topan ini berupa konfigurasi geometri, dengan beberapa badai yang mengelilingi sebuah bentuk spiral di bagian pusat. Di utara, badai-badai disusun dalam bentuk oktagon. Di selatan, bentuknya sebuah pentagon.
Dijabarkan di jurnal Nature, di dalam setiap kelompok, badai-badai cenderung berpencar atau berpindah, tapi mereka tidak pernah menghilang, dan kelompok badai berbentuk poligon tersebut tidak ditemukan di planet lain di tata surya.
Besar Yupiter 11 kali lebih besar dari Bumi, namun ia berputar pada porosnya hanya dalam 10 jam. Ini karena rotasi yang begitu cepat yang mendorong kelompok awan yang ikonik, dihantam oleh angin kuat yang berubah-ubah arah, seperti angin pasat berkekuatan besar di Bumi.
Namun, selama ini, para ilmuwan tidak tahu apakah badai angin ini juga terjadi di permukaan planet atau hanya fenomena cuaca superfisial. Juno menjadi satelit pertama yang berhasil menjawab kebingungan ilmuwan tentang apa yang sesungguhnya terjadi di planet tersebut.
Saat mengorbit Yupiter, Juno mengirimkan gelombang radio kembali ke Bumi. Dengan mengukur perubahan terkecil dalam frekuensi gelombang tersebut, para ilmuwan bisa memetakan medan gravitasi Yupiter dan mendapatkan petunjuk penting tentang apa yang terjadi di permukaan planet tersebut.
Medan gravitasi Yupiter juga ternyata asimetris, menandakan semacam ketidakseimbangan massa antara hemisfer utara dan selatan. Tampaknya, angin kuat planet tersebut menghasilkan turbulensi sampai 3.000 kilometer, yang menjadi alasan bagi asimetri.
Komentar