Apakah Pertimbangan Seseorang Ingin Menjadi Caleg?


Di tengah hingar bingar dunia perpolitikan negeri ini menyongsong suatu pesta demokrasi, yaitu Pilpres dan Pileg 2019. Ramai-ramai para petinggi negeri ini berkeinginan untuk menjadi orang nomor satu atau wakil presiden di Pilpres.

Juga di Pileg, sejumlah orang dari berbagai kalangan, termasuk para selebritas berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai calon legislatif.

Bagi kita yang awam dengan politik, sering timbul pertanyaan, mengapa mereka atau motivasi apa yang mendorong seseorang ingin menjadi anggota legislatif? Tidak sedikit di antara kita yang pusing tujuh keliling.

Juga bagi Anda yang sudah mengerti mengapa alasan seseorang ingin menjadi legislatif, ada baiknya mendengarkan pendapat dari Abdur Rozaki, dia adalah seorang peneliti di Institute for Research and Empowerment (IRE). Rozaki mengatakan bahwa seseorang ingin menjadi legislatif tidak melulu karena ingin meraup keuntungan atau mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk berkampanye. Rozaki mengungkapkan tiga alasan mengapa seseorang ingin menjadi legislatif.

Pertama, mengutip dari Benedict Anderson, seorang profesor di Cornell University, bahwa orang Jawa akan melengkapi kapasitas dirinya di mata masyarakat apabila ia memiliki kekuasaan. Orang yang mempunyai kekayaan, maka ia akan mencari kekuasaan.

"Banyak calon legislatif yang berasal dari keluarga kaya ingin punya kekuasaan" ujar Rozaki.

Kedua, bagi yang mempunyai bisnis, mereka ingin berkuasa agar tidak ada saingannya yang mengganggu bisnisnya.

Ketiga, merubah nasib. Orang yang biasa-biasa saja kekayaannya maka ia ingin merubah nasibnya dengan menjadi legislatif. 

Mereka berpikir dengan menjadi legislatif maka ia akan cepat kaya.

Sekedar tips bagi Anda yang berminat untuk menjadi caleg (dengan asumsi pendaftaran belum ditutup) coba simak beberapa keuntungan dan kerugian bila Anda nyaleg

Jadi caleg itu gratis atau bayar ya? 

Sepengetahuan saya, seseorang bacaleg/caleg itu harus "punya modal" yang tidak sedikit jumlahnya, bisa ratusan juta bahkan milyaran rupiah.

Nah, uang sejumlah itu nanti diserahkan kepada partai, untuk nantinya dipakai sebagai biaya kampanye atau dibagi kepada tim suksesnya.

Pertanyaan muncul lagi, apabila seseorang terpilih menjadi anggota legislatif, apakah dana yang telah dikeluarkan untuk menjadi legislatif itu akan "balik modal" atau memperoleh "laba"?

Pendapatan seorang anggota legislatif dapat mencapai puluhan juta, ditambah segala tunjangan per bulannya. Bandingkan dengan gaji seorang CEO di perusahaan besar, mungkin pendapatan anggota legislatif lebih kecil. Namun ada pertimbangan lain selain gaji, ialah dapat proyek yang banyak dan tentu menyalurkan kebaikan untuk orang banyak.

Nah, dari cerita di atas tentang anggota legislatif tadi, muncul saran dari saya bagi Anda yang berhasrat duduk di legislatif entah dari partai mana, sebaiknya Anda membuat kalkulasi (dengan kalkulator) yang matang dulu.

Mengapa?

Karena itu menyangkut untung rugi serta jangka  waktu balik modal dari dana yang telah dikeluarkan.

Inilah hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh caleg, sebagai berikut:

 Membuat estimasi biaya yang dikeluarkan dengan rinciannya.
Membuat estimasi balik modal dibandingkan masa kerja jika Anda terpilih duduk di legislatif. Hal i koni untuk meringankan mencari celah kesana-kemari supaya uang yang telah dikeluarkan dapat segera balik ke saku celana relevan dengan masa kerja.
Mempersiapkan dana taktis untuk mengantisipasi jika Anda gagal duduk di legislatif. Dari pengalaman pileg 2014 lalu hanyak caleg yang menjadi stres, bahkan masuk rumah sakit jiwa gara-gara gagal. Yang lebih penting lagi, apabila biaya kampanye itu berasal dari pinjaman, maka Anda harus siap mengembalikan utang tersebut ditambah bunganya.
Siap mental jika Anda digugat cerai sang istri tercinta karena ia tak sanggup hidup dalam lilitan utang dan menanggung malu serta harga diri yang jatuh dan gengsi.
Nah, dengan pertimbangan di atas, masihkah ada di antara Anda yang berhasrat menjadi caleg. Silakan berpikir dulu matang-matang agar sesal tidak datang di kemudian hari.

Bagi saya sih, daripada pusing tujuh keliling, enakan jadi wong cilik, asal bisa menikmati nasi Padang dan secangkir kopi panas di pagi. Hidup pun damai.


Komentar