Manfaat dan Strategi Mengonsumsi Raw Food



Dari karedok, lalapan, sampai sushi, tren raw food menjadi favorit tersendiri. Simak saran para pakar gizi seputar manfaat dan strategi konsumsi makanan mentah.

Seolah tak mau kalah dengan dunia fashion, dalam kuliner pun selalu ada tren terbaru. Salah satunya adalah diet raw food yang digandrungi banyak orang. Bahkan, raw food  tampaknya menjadi pilihan baru masyarakat urban.

Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, staf pengajar Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menilai maraknya raw food sebagai pilihan diet saat ini disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk kembali ke alam.

"Segala sesuatu yang berbau alam sedang digandrungi, termasuk makanan yang langsung dari alam. Seperti halnya raw food yang merupakan makanan mentah, langsung dimakan tanpa proses pengolahan lebih lanjut," jelas Dr. Nurul.

Sementara itu, Dr. Raissa E. Djuanda, M.Gizi, Sp.GK dari RS Pondok Indah - Puri Indah, menilai bahwa raw food menjadi tren karena banyak yang merasa berat badan cepat turun dan tubuh menjadi lebih "enteng" dan bugar dengan diet ini.

"Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Dengan diet ini, manfaat yang didapat adalah kita tidak menghilangkan nutrisi, vitamin, mineral, dan enzim yang terkandung di dalam bahan makanan tersebut," tandas Dr. Raissa.

Dr. Raissa memaparkan ragam pilihan bagi menu makanan mentah atau raw food, dari buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, produk susu yang tidak dipasteurisasi, telur, ikan, sampai daging.

"Umumnya, dengan menjalankan diet raw food, kita akan lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah. Dan mengonsumsi sayur dan buah dapat menurunkan berat badan dan menjaga tekanan darah, sehingga menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, ginjal, dan diabetes tipe 2," papar Dr. Raissa.

Hal senada disampaikan oleh Dr. Nurul. Menurutnya, diet raw food dianjurkan untuk gaya hidup sehat, terutama bagi mereka yang menyandang hipertensi murni tanpa komplikasi lain, yang memang disarankan mengonsumsi lima porsi sayur dan buah-buahan dalam sehari.

Misalnya? Tiga mangkuk sayur dan dua porsi buah-buahan. Begitu juga bagi para penyandang hiperkolesterol atau gangguan lemak darah tanpa komplikasi, atau mereka yang ingin menurunkan berat badan. Diet ini akan sangat tepat karena tinggi serat.

Selain itu, dalam raw food, kandungan vitamin, mineral, antioksidan dan seratnya tinggi, sehingga rasa kenyang akan lebih lama. Tingginya kandungan vitamin dan mineral juga sangat cocok untuk menangkis penuaan, kesehatan kulit, dan gula darah tidak cepat naik. Raw food juga bisa menjadi langkah preventif terhadap risiko penyakit kanker.

Meski banyak manfaat yang ditawarkan, kedua pakar nutrisi ini mengingatkan bahwa tak semua bahan makanan aman untuk dikonsumsi tanpa pengolahan.

Berbeda dengan buah dan sayur, pangan jenis protein tidak boleh dimakan mentah dan harus diproses terlebih dulu. Contoh, ikan, ayam, tahu, dan tempe. Daging sapi dan babi juga harus dimasak dahulu, karena daging yang tidak melalui proses pengolahan bisa terkontaminasi cacing Taenia saginata dan Taenia solium.

Daging ayam mentah juga bisa terkontaminasi Salmonella typhi yang menyebabkan tifus atau virus H5N1 yang memicu flu burung. Jamur juga mengandung toksin hydrazine, sehingga harus dimasak untuk menghilangkan toksin. Kecambah juga perlu diolah karena mengandung salmonella, E. coli, dan listeria.

"Fungsi pengolahan sebuah makanan, selain menambah cita rasa makanan dan meningkatkan selera makan, adalah mencegah penyakit yang ditularkan dari makanan, seperti terinfeksi bakteri atau parasit, keracunan makanan, atau gangguan pencernaan," jelas Dr. Raissa.

Bagaimana dengan sayur dan buah?

Pastikan Anda mengonsumsi jenis sayur dan buah yang baik dan dicuci bersih dengan air mengalir. Jika diperlukan, gunakan sabun khusus untuk sayur dan buah. Bisa juga direndam sebentar dalam wadah berisi air selama sekitar 5 menit sambil dibersihkan kulit-kulitnya. Jangan direndam terlalu lama.

Sayur dan buah organik tentu lebih unggul dari non-organik. Sayur-sayuran yang ditanam di tanah, bila tidak dicuci, memiliki kotoran atau toksoplasma yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, ada sayur yang kulit arinya harus dibuang, seperti ketimun.

Meski sayur mentah tentu lebih fresh, tapi ia juga bisa memiliki parasit. Sementara itu, manfaat sayur matang tergantung pada pengolahan. Jika direbus tidak terlalu lama dan air rebusan tidak dibuang, maka kandungan gizinya masih ada.

Tomat bisa dimakan mentah maupun matang, namun kandungan lycopene di dalamnya akan semakin tinggi jika dimasak terlebih dahulu. Ini juga akan membuat nutrisi tersebut lebih mudah diserap tubuh. Begitu pula kacang-kacangan, yang mengandung lektin yang merupakan toksin bagi tubuh.

Namun, mengonsumsi raw food juga tidak bebas risiko.

Umumnya, tantangan yang dialami para pelaku diet raw food adalah tubuh berisiko kekurangan nutrisi esensial, di antaranya protein, zat besi, kalsium, dan vitamin B12. Ini karena mayoritas nutrisi esensial tersebut berasal dari sumber bahan makanan yang perlu dimasak terlebih dahulu, seperti daging, ayam, dan susu.

Karena itu, kedua pakar nutrisi ini sangat menganjurkan bagi yang ingin menjalani diet raw food agar berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter gizi. Ini penting tak hanya untuk melihat apakah diet ini tepat untuk kondisi kesehatan yang dimiliki, tapi juga untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.

"Sejumlah efek yang perlu diwaspadai saat menerapkan diet ini antara lain keracunan makanan, terinfeksi bakteri/parasit, gangguan pencernaan seperti mual, muntah, kembung, gastritis, hingga diare," pesan Dr. Raissa.

"Makanan utama tetap tidak boleh digantikan. Semua kembali ke prinsip gizi seimbang, karena tubuh juga butuh karbohidrat sebagai sumber energi, butuh protein untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, butuh lemak, serat, mineral, dan lainnya," pungkas Dr. Nurul.


Siapa Tak Boleh Makan Mentah?

* Ibu hamil.
* Anak-anak
* Lanjut usia.
* Penderita infeksi.
* Mereka yang sering mengalami gangguan pencernaan.
* Mereka dengan sistem imun yang lemah.
* Mereka yang memiliki penyakit kronis, seperti gangguan ginjal tahap lanjut, yang yang tidak dianjurkan mengonsumsi raw food sebab kandungan elektrolit yang tinggi dari diet tersebut bisa menjadi racun dalam tubuh.


Hemat Beli Makanan Sehat

Makan sehat itu mahal? Tidak juga. Dengan perencanaan dan budgeting yang cermat, Anda bisa menekan pengeluaran tanpa harus mengorbankan niat untuk makan sehat. Berikut saran dari The American Dietetic Association:
* Rencanakan menu makanan sebelumnya, lantas susun daftar belanja sesuai kebutuhan.
* Manfaatkan voucher, kupon, dan promosi yang diberikan oleh supermarket atau pusat belanja.
* Beli bahan pangan lebih murah dalam jumlah besar, atau saat diskon, atau dari brand yang lebih murah.
* Belilah buah dan sayur yang sedang musim, dan cari bahan pangan produksi lokal.
* Prioritaskan menu Anda agar menggunakan bahan pangan yang kadaluarsa lebih cepat.
* Ingatlah untuk menyimpan makanan dengan benar di dalam kulkas dan freezer.


Komentar