Vaksinasi Efektif Melindungi Anak Dari Campak


Anak-anak rentan diserang campak - penyakit yang sering dianggap remeh, namun berakibat fatal jika diabaikan. Waktunya para orangtua memahami seluk-beluk penyakit campak dan langkah pencegahannya.

Bercak merah pada tubuh Budi disertai demam membuat ibunya langsung menyimpiklan bahwa anakunya mengalami campak. Setelah memberikan obat penurun panas, tubuh mungil bocah berusia empat tahun itu dibaluri bedak tabur. Alasannya, agar bercak cepat merata dan hilang.

Faktanya, tidak semua bercak pada tubuh yang disertai demam adalah campak. Penyakit yang satu ini memang sering kali disalahartikan oleh masyarakat awam.

Jadi, apa yang dimaksud dengan campak? Menurut DR. Dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.Trop.Paed., staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis FKUI/RSCM, campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak.

"Campak adalah penyakit yang mudah disebarkan melalui udara, seperti batuk dan bersin. Dapat pula ditularkan melalui ludah atau ingus. Sembilan dari 10 orang yang belum pernah terkena campak akan dapat tertular. Setiap individu biasanya hanya sekali saja terkena campak," papar Dr. Hindra.

Sementara itu, menurut Dr. Amar Widhiani, Sp.A(K), dokter anak konsultan alergi imunologi dari p, "Campak merupakan infeksi virus yang cukup memprihatinkan karena pada anak yang daya tahan tubuhnya lemah seperti gizi kurang, malnutrisi, sampai gizi buruk akan muncul komplikasi."

Menurut Dr Hindra, gejala awal campak ditandai dengan demam yang biasanya mencapai lebih dari 40 derajat celcius, batuk, pilek, dan mata kemerahan. Lalu, 2-3 hari kemudian, bintik kecil putih muncul dari dalam mulut yang disebut sebagai bercak koplik.

"Selanjutnya, bercak kemerahan akan timbul, dimulai dari wajah dan menyebar ke bagian tubuh lain yang umumnya muncul setelah 3-5 hari setelah gejala timbul. Gejala timbul 10-12 hari setelah kontak dengan penderita dan lama campak berkisar 7-10 hari," jelas Dr. Hindra.

Bercak khas pada campak adalah warna merah yang berubah menjadi cokelat kehitaman pada fase demam turun atau mulai proses penyembuhan. Komplikasi sendiri biasanya muncul pada 30 persen penderita, berupa mencret, kebutaan, radang otak, dan pneumonia.

Bicara gejala, Dr. Amar mengingatkan bahwa ruam akibat infeksi virus sering disalahartikan sebagai campak, padahal tidak selalu harus demikian. "Ruam pada campak sangat khas, yaitu keluar mulai dari belakang telinga, menyebar ke leher lalu ke badan. Terakhir bagian tungkai atau lengan," papar Dr. Amar.

"Penyembuhan ditandai dengan terjadi hiperpigmentasi, yaitu saat ruam merah berubah warna menjadi hitam-hitam dan bersisik atau skuama. Itulah yang khas dari campak," ujar Dr. Amar.

"Pada ruam yang penyembuhannya tanpa hiperpigmentasi dan skuama, itu mungkin infeksi virus lain yang dikaitkan sebagai eksantema, yaitu erupsi kulit yang terjadi sebagai gejala dari suatu virus akut, seperti pada demam berdarah. Jadi, bedak untuk mengatasi ruam tak ubahnya hanya mengurangi kekhawatiran orangtua saja," Dr. Amar menegaskan.

Dr. Amar menegaskan bahwa dengan pola makan yang baik, dalam waktu 3-4 hari penyakit campak pada anak dapat pulih sepenuhnya, apalagi jika vaksinasinya lengkap.

Penjelasan serupa diberikan oleh Dr. Hindra. "Tidak ada pengobatan khusus untuk campak, yang ada pengobatan bersifat penunjang, seperti cukup minum, makan makanan bergizi, dan konsumsi obat penurun demam," paparnya. "Vitamin A juga baik untuk diberikan".

"Penderita campak harus dibawa ke dokter untuk memastikan diagnosis dan tidak ada komplikasi. Bedak mungkin dibutuhkan pada fase penyembuhan. Bila demam sudah turun, anak dapat dimandikan. Apabila anak merasa sesak napas serta tidak mau makan dan minum, maka ia harus dirawat," ungkap Dr. Hindra.

"Yang boleh dilakukan oleh orangtua saat anak mereka terkena campak adalah memberikan cairan yang cukup. Tandanya adalah saat anak bisa pipis setiap dua atau tiga jam. Ini artinya jumlah cairan tubuhnya seimbang karena minum yang cukup," tandas Dr. Amar.

"Biasanya, karena daya tahan tubuh turun, terjadilah sariawan sehingga anak tidak ingin makan. Disini, kekebalan tubuh diperlukan. Kita bisa memperolehnya dari konsumsi makanan berserat. Menghindari makanan bertepung seperti biskuit dan roti putih juga dapat mempermudah penyembuhan," Dr. Amar menambahkan.

Dr. Amar lantas mengingatkan bahwa selain orangtua perlu mewaspadai dengan tepat gejala yang ada, pihak dokter juga harus jeli dalam memberikan diagnosis. Yang penting adalah jangan sampai keliru menjatuhkan vonis campak.

"Kalau sudah salah memberikan vonis campak, maka anak tersebut akan dianggap sudah kebal terhadap infeksi campak. Jika lalu tidak berhati-hati dan tidak mau divaksin, nanti si anak bisa kena infeksi campak yang sesungguhnya," ungkap Dr. Amar.

Kalau kena infeksi campak dan tidak dilindungi oleh vaksin, anak akan menulari yang lain. Kalau anak-anak yang lain ini ternyata ada yang gizi buruk atau ada yang mengalami keganasan, hal itu sangat membahayakan jiwa mereka. KomplkasI bisa terjadi, bahkan hingga berujung kematian.

"Komplikasi campak sendiri secara spesifik dapat menyerang organ sistemik. Misalnya, komplikasi pada paru-paru bisa mengakibatkan pneumonia, sedangkan komplikasi berupa infeksi saluran cerna bisa memicu diare," ungkap Dr. Amar.

Apabila ada infeksi bakteri sekunder, seperti pneumonia, maka diperlukan antibiotik.

Kedua pakar ini sependapat bahwa vaksinasi menjadi cara efektif untuk melindungi anak dari ancaman campak. Data mengungkapkan vaksinasi campak menyebabkan penurunan kematian sebesar 75 persen, dan saat ini, 85 persen anak di dunia telah divaksinasi.

"Kinerja vaksin adalah dengan meningkatkan respons imun pada anak, sehingga anak terlindung dari infeksi campak yang ada di sekitarnya. Virus campak sendiri bersifat infeksius atau sangat menular. Jika satu anak sudah kena, anak lain yang belum kebal - misalnya anak yang hanya sekali divaksin dan belum dilakukan pengulangan - dapat menjadi rentan tertular," ujar Dr. Amar.

Menurutnya, anak akan rentan terinfeksi setelah imunitas internal yang didapatkan sejak ia masih dalam kandungan dan dipertahankan sampai usia 8-9 bulan mulai menurun. Itulah sebabnya, vaksin campak dianjurkan saat anak mencapai usia sembilan bulan, ketika imunitas maternalnya turun.

"Vaksinasi campak dapat diberikan mulai umur sembilan bulan. Bila anak sudah berumur satu tahun, dapat langsung diberikan vaksin MMR yang sekaligus mencegah campak, gondong, dan campak jerman," kata Dr. Hindra. "Sampai saat ini, vaksin MMR terbukti aman untuk diberikan dan harus diberikan untuk yang kedua kali saat anak berumur lima tahun."

Dr. Amar mengamini. "Baik vaksin program pemerintah maupun MMR sebagai vaksin mandiri tetap harus diulang agar proteksinya efektif. Hanya saja, sangat disesalkan masih banyak yang menolak vaksin MMR. Alasannya antara lain takut anaknya autis, padahal belum ada penelitian ilmiah yang menunjukkan hal tersebut," tegasnya.

"Sebenarnya tidak perlu ada penolakan. Kalau merasa khawatir, sebaiknya jangan ditolak tapi digeser saja waktunya, sebab komplikasi campak sangatlah berat. Dari vaksinasi ini, kekebalan tubuh akan terbentuk sehingga anak terhindar dari kemungkinan terjadinya infeksi," ungkap Dr. Amar.

"Vaksin, apapun jenisnya, merupakan bentuk kasih sayang orangtua pada anaknya," pungkas Dr. Amar.


Komentar