Gejala Khas Gagal Jantung


Gagal jantung merupakan satu dari sekian jenis penyakit jantung yang sering dialami masyarakat. WHO menyebutkan prevalensi penyakit gagal jantung berkisar 20-30 persen. Kenali gejala khas gagal jantung ini.

Jika di Amerika Serikat sekitar 5,7 juta orang hidup dengan gagal jantung, 10 persennya telah mengalami gagal jantung stadium lanjut. Sementara kondisi di Indonesia berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI tahun 2013 terdapat 530ribu atau sekitar 0,3 persen orang di Indonesia berusia lebih 15 tahun yang memiliki gejala atau terdiagnosis menderita penyakit gagal jantung.

Penemuan pasien yang baru menderita gagal jantung di Indonesia lebih banyak dibandingkan di Amerika dan Eropa. Pasien gagal jantung juga lebih muda di Indonesia (60-69 tahun). Kebanyakan juga mengalami gejala yang lebih parah dibandingkan Eropa dan Amerika. Angka kematian pasien gagal jantung di RS juga tinggi, sekitar 7-12 persen.



Prof.Dr.dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), FIHA, staf pengajar Departemen Kardiologi FKUI/Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, mengakui gagal jantung termasuk kondisi yang cukup serius, bahkan hingga kini belum diketahui terapi pengobatan yang cukup efektif untuk mengatasinya.

"Kendati cukup serius, namun penyakit ini dapat dikontrol dan dicegah perburukannya dengan pola hidup yang baik dan juga konsumsi beberapa obat-obatan," ujar Prof Bambang.

Umumnya obat-obatan gagal jantung akan bekerja untuk mengurangi kelebihan cairan tubuh yang dapat memperberat kerja jantung, selain itu juga ada obat jantung yang mencegah perburukan dari sel-sel otot jantungnya dan obat-obatan yang akan menurunkan tekanan darah untuk mencegah progresivitas gagal jantung. Terkadang juga diperlukan pemasangan alat pengatur irama jantung. Karena pada pasien gagal jantung, tidak jarang terjadi kelainan irama jantung.



Dr.dr. Antonia Anna Lukito, Sp.JP (K),FIHA, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan/RS Siloam Lippo Village, Tangerang mengungkapkan, gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung memompa darah secara optimal untuk memenuhi kebutuhan darah dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

"Gagal jantung terjadi saat sel-sel yang fungsional mengalami kematian dan digantikan oleh jaringan parut yang tidak fungsional sehingga terjadi penurunan fungsi pompa jantung," ujarnya.

Lebih rinci dr. Anna menyebutkan, penyebab gagal jantung bisa karena penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, penyakit jantung katup, gangguan irama jantung, penyakit otot jantung, penyakit paru-paru, infeksi, genetika, kehamilan, dan lain-lain.

Sementara itu, sejumlah faktor risikonya seperti: penyakit jantung koroner, riwayat serangan jantung, kelainan katup jantung, gangguan irama jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi, merokok, kegemukan, anemia, penyakit tiroid, penyakit paru-paru, dan lain-lain. Risikonya meningkat pada usia 45 tahun atau lebih. Meskipun demikian, penyakit jantung juga dapat terjadi pada usia berapapun.



Prof Bambang mengingatkan, ada perbedaan antara sekat akibat penyakit paru-paru dan penyakit jantung. Menurutnya, sesak pada penyakit paru bisa diakibatkan oleh adanya penyempitan saluran napas atau adanya kelainan di paru-paru. Akibatnya, pasien akan kesulitan menarik napas atau membuang napas. Pada penyakit asma akan disertai dengan bunyi 'ngik-ngik'. Sering kali gejala lain yang menyertai adalah batuk-batuk.

"Sementara sesak pada penyakit jantung lebih akrab dengan istilah 'ngap' atau mudah lelah. Terutama saat pasien berjalan jauh atau beraktivitas berat. Beberapa pasien juga akan merasakan sesak saat tidur dengan posisi datar, sehingga akan lega apabila tidur dengan 2-3 bantal. Gejala penyerta lainnya adalah bengkak pada kaki, perut, dan paru-paru terendam cairan. Hal ini terjadi karena jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh, akibatnya cairan terkumpul di tempat-tempat tersebut" papar Prof Bambang.



Menurut dr. Anna ada beberapa langkah pertolongan pertama pada pasien gagal jantung, yaitu dengan memberikan oksigen, memposisikan tubuh dalam posisi duduk, lalu bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

"Dalam dekade terakhir, telah banyak dicapai kemajuan dalam pengobatan gagal jantung, baik berupa obat-obatan farmakologi, maupun berupa pengobatan mekanik seperti terapi resinkronisasi jantung (CRT=Cardiac Resynchronization Therapy), yakni berupa alat pacu jantung permanen yang khusus," ungkapnya.

"Terapi jenis baru tersebut, bersama dengan terapi gagal jantung yang selama ini sudah tersedia, akan membantu meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan hidup penderita gagal jantung. Meskipun telah diterapi, penyakit gagal jantung sangat mungkin berulang jika tidak dikontrol dengan baik dan teratur," imbuhnya lagi.



"Gaya hidup masa kini yang mengandung kadar garam, dan gula tinggi serta kurangnya olahraga sangat meningkatkan risiko hipertensi, kolesterol tinggi, kencing manis dan kegemukan yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi penyakit gagal jantung," pesan dr. Anna.



Kedua pakar ini tak menampik, ada sejumlah mitos dan fakta seputar gagal jantung yang perlu diluruskan, sehingga masyarakat mendapatkan pemahaman yang benar. Berikut ini :



MITOS: Penyakit gagal jantung hanya dialami orang tua

FAKTA: Gagal jantung tidak hanya menimpa orang lanjut usia, namun bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada anak-anak yang mengalami kelainan jantung bawaan lama-kelamaan dapat mengalami gagal jantung. Orang dewasa muda yang juga mengalami penyakit jantung koroner dan penyakit metabolik juga sangat berisiko untuk menderita gagal jantung.



MITOS: Gagal jantung berbeda dengan serangan jantung

FAKTA: Serangan jantung lebih mengacu kepada nyeri dada mendadak khas jantung yang diakibatkan tersumbatnya pembuluh darah jantung yang sering disalahartikan oleh awam sebagai "angin duduk". Sedangkan gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak lagi dapat menjalankan fungsinya dengan optimal sebagai pemompa darah yang berisi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Gejalanya adalah sesak napas dan mudah lelah. Serangan jantung dapat menyebabkan gagal jantung.



MITOS: Tekanan darah yang tinggi di usia tua adalah hal wajar yang tidak perlu diobati.

FAKTA: Tekanan darah yang tinggi terus menerus sebaiknya dikontrol dengan pola makan rendah garam, olahraga, dan dengan obat pengontrol tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi terus menerus akan meningkatkan risiko serangan jantung dan juga gagal jantung, juga termasuk ginjal.



MITOS: Berolahraga itu haram bagi orang gagal jantung.

FAKTA: Berolahraga dengan porsi yang cukup, dengan intensitas yang rendah dan frekuensi yang sering dapat meningkatkan daya kerja jantung dan meningkatkan ketahanan seseorang. Namun pada penderita gagal jantung hindari olahraga ekstrem.



MITOS: Obat tidak perlu diminum lagi setelah gejala gagal jantung menghilang.

FAKTA: Obat berfungsi untuk mengendalikan penyakit gagal jantung. Saat obat berhenti dikonsumsi, gejala gagal jantung akan timbul kembali.


MITOS: Penyakit gagal jantung dapat sembuh total.

FAKTA: Sebagian besar penyakit gagal jantung adalah penyakit kronis, hanya dapat dikendalikan tetapi tidak dapat sembuh total.



MITOS: Penderita gagal jantung tidak perlu membatasi jumlah konsumsi cairan, bahkan dianjurkan untuk minum banyak.

FAKTA: Konsumsi cairan yang tidak dibatasi dapat memperburuk gejala gagal jantung (makin sesak dan makin bengkak). Karenanya, penderita gagal jantung perlu membatasi jumlah konsumsi asupan cairan sehari-hari.


 sinari 


Komentar