Daging Babi Dan Cacing Pita
Mengonsumsi daging babi memiliki risiko terkena infeksi cacing pita. Selain itu, mengonsumsi daging ini secara berlebih juga dikaitkan dengan risiko terkena kanker.
Kandungan dalam daging babi ternyata amat kaya akan thiamin atau biasa kita sebut dengan vitamin B1. Daging babi juga dianggap sebagai sumber kalium dan zinc yang baik. Niacin, riboflavin, dan vitamin B6 juga terkandung di dalam daging ini.
Kandungan lemaknya dalam daging yang digolongkan sebagai daging merah ini dianggap lebih rendah daripada unggas. Meski begitu, kandungan kolesterol dan lemak jenuhnya tetap dianggap lebih tinggi.
Daging Babi dan Cacing Pita
Meski umum dikonsumsi dan dianggap sebagai salah satu sumber protein yang bagus, terdapat risiko yang dikaitkan dengan daging babi, yaitu infeksi cacing pita atau sistiserkosis. Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Taenia solium alias cacing pita babi. Cacing pita babi jenis ini bisa ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan sistem sanitasi yang buruk.
Di negara-negara dengan sistem kebersihan yang buruk, babi diperbolehkan berkeliaran bebas sehingga babi berisiko mengonsumsi kotoran manusia yang mengandung telur cacing pita. Tubuh babi sendiri merupakan inang sementara yang akan menyempurnakan proses infeksinya hingga menjadi larva. Setelah menjadi larva, infeksi dalam tubuh babi telah sempurna dan membutuhkan tempat baru untuk siklus selanjutnya. Manusia adalah inang utama untuk melanjutkan siklus cacing pita dari larva menjadi dewasa.
Cacing pita bisa juga masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi telurnya. Telur cacing pita yang masuk ke perut manusia akan menetas menjadi larva. Selanjutnya, larva akan melanjutkan perjalanan menuju usus dan masuk ke peredaran darah. Mereka akan berkembang menjadi sistiserkus pada sebagian tubuh manusia, seperti pada otot, mata, atau otak.
Beberapa gejala yang menandakan seseorang terkena infeksi cacing pita bisa berupa gejala ringan yang tidak spesifik. Gejala-gejala tersebut, antara lain berupa diare, mual, sakit perut, atau sembelit. Di negara-negara endemik sistiserkosis, gejala dapat terlihat atau dirasakan dengan jelas karena berbentuk benjolan kecil yang berada di balik permukaan kulit.
Infeksi cacing pita babi di dalam otak biasa dikenal dengan sebutan neurosistiserkosis. Gejalanya bisa berupa sakit kepala kronis, kebutaan, dan epilepsi yang menyerang berulang kali. Gejala lain yang menandakan cacing pita sudah menginfeksi otak adalah demensia, meningitis, hidrosefalus, atau adanya luka yang terdapat pada celah-celah dalam sistem saraf pusat.
Daging Babi dan Kanker
Daging babi yang dikategorikan sebagai daging merah sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan. Daging merah diprediksi mampu meningkatkan risiko terkena kanker. Dikatakan pula bahwa daging merah dapat meningkatkan risiko terkena kanker hingga 25 persen.
Adapun risiko kanker yang dikaitkan dengan konsumsi daging merah berlebih adalah kanker usus dan kanker paru-paru. Jika konsumsi daging babi atau daging merah lainnya dikurangi, maka mungkin setidaknya 10 persen kasus kedua kanker di atas bisa dicegah.
Daging babi bukan satu-satunya yang digolongkan sebagai daging merah. Ada pula daging sapi dan daging domba yang digolongkan dalam daging merah dan memiliki risiko serupa. Selain daging merah, risiko kanker juga dikaitkan dengan konsumsi daging olahan.
Untuk menghindari risiko terkena cacing pita babi, pilih dan konsumsilah daging babi yang benar-benar segar dan telah melalui proses pengolahan yang higienis. Sementara untuk mengurangi risiko terhadap kanker, tidak ada jalan lain selain menguranginya.
Daging yang segar bisa dilihat dari warnanya yang merah cerah, bukan yang pucat atau berwarna putih. Selain itu, jangan pilih daging babi yang sudah berbau karena hal tersebut menandakan bahwa daging sudah tidak dalam kondisi segar. Tanda lainnya adalah lemak yang terdapat di dalam daging babi harus berwarna putih dan krem tanpa bintik-bintik gelap di dalamnya.
Untuk menjamin hal itu, maka bacalah label yang ada pada kemasan daging babi saat membelinya. Belilah daging babi yang dibudidayakan dari peternakan yang tidak menggunakan hormon atau antibiotik sebagai pakan. Pastikan juga daging babi yang dibeli sudah memiliki sertifikat dari lembaga yang berwenang menjamin kebersihannya.
sumber:
alodokter.com
Komentar