Dampak yang Timbul Saat Tulang Belakang Menua

Seiring pertambahan usia, berbagai organ tubuh mengalami proses regenerasi, termasuk tulang belakang. Apa saja dampak yang ditimbulkan?

Osteoporosis, artritis, dan kerusakan bantalan sendi tulang belakang. Inilah tiga masalah degenerasi tulang belakang yang perlu kita ketahui.

Degenerasi tulang belakang sendiri ditandai dengan hilangnya struktur normal atau menurunnya fungsi tulang belakang secara bertahap. Jika terus diabaikan, masalahnya akan bertambah berat.

Meski dapat disebabkan oleh faktor lain, penyebab utama penyakit degeneratif tulang belakang adalah usia, ungkap Dr. Heri Aminuddin Sp.BS(K), dari Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta.

Ini karena seiring pertambahan usia, tulang belakang juga mengalami penuaan.

"Kasus yang paling sering ditemukan adalah bantalan sendi tulang belakang yang semakin kehilangan cairan, menurunkan fungsinya sebagai peredam kejut, sehingga meningkatkan cedera tulang belakang," jelas Dr. Heri.

Umumnya, degenerasi tulang belakang terjadi di atas umur 40 tahun. Di usia tersebut, trauma ringan atau aktivitas fisik yang tidak biasa dilakukan dapat menyebabkan nyeri punggung atau nyeri hingga kejang otot.

Contoh lain adalah muncul osteophytes atau pertumbuhan taji tulang di sekitar sendi facet (facet joint syndrome) dan ruas tulang belakang. Penebalan ligamen dan rongga tulang belakang menekan saraf dan hilangnya kepadatan tulang belakang yang menyebabkan tulang mudah patah.

Problem lain dari degenerasi tulang belakang adalah kerusakan bantalan sendi.

Menurut Dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS, dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, bantalan sendi tulang belakang terdiri dari dua bagian utama. Pertama adalah annulus fibrosus yang merupakan bagian luar yang keras.

"Kedua adalah nucleus pulposus, yakni bagian dalam bantalan sendi yang menyerupai jeli. Bagian ini dikenal juga sebagai mucoprotein gel dengan komposisi utama berupa air, kolagen dan proteoglikan," jelas Dr. Mahdian.

Stres pada bantalan sendi yang terjadi bertahun-tahun dapat menyebabkan robekan kecil pada bagian annulus yang memiliki saraf, sehingga memungkinkan timbul rasa sakit.

Seiring berjalannya waktu, bantalan sendi turut menua dan menjadi kurang elastis. Ini memungkinkan robekan menjadi semakin besar dan inti bantalan keluar.

"Keluarnya inti bantalan sendi menjadikan bantalan sendi menonjol, atau keluar dari tempatnya dan memengaruhi saraf tulang belakang di sekitarnya. Ini disebut Herniated Nucleus Pulposus (HNP). Awam menyebutnya saraf terjepit," papar Dr. Mahdian.

Nyeri tajam yang terus-menerus di punggung dan leher mungkin terjadi.

Gejala yang muncul tergantung letak bantalan sendi yang mengalami herniasi. Saat bantalan sendi tulang lumbal yang mengalami herniasi, gejala yang mungkin muncul berupa nyeri di daerah pinggang, pantat, atau paha bagian atas hingga telapak kaki.

Nyeri yang ditimbulkan mungkin datang dan pergi, pada kondisi berat dapat menetap. Lebih berat saat duduk, dan menjadi lebih baik saat berpindah posisi atau membungkuk. Pada beberapa kasus, bisa pula timbul kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki.

Untuk menghilangkan nyeri akibat degenerasi bantalan sendi tulang belakang, beberapa modalitas terapi dapat diberikan. Di antaranya adalah terapi fisik, obat-obatan, dan tindakan minimally invasive spine surgery.

Salah satu tindakan tersebut adalah endoscopy disectomy, yang banyak digunakan untuk mengatasi masalah herniasi bantalan sendi yang menyebabkan nyeri punggung bawah, punggung tengah, atau leher dan lengan.

Untuk mengatasi fraktur tulang belakang, kyphoplasty dan vertebroplasty merupakan teknologi minimally invasive surgery yang dapat dipilih. Kyphoplasty dilakukan menggunakan anestesi lokal atau umum.
Tindakan bedah minimal ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit, dan bertujuan mengembalikan tinggi dan bentuk tulang belakang, sehingga mengurangi deformitas dan meningkatkan stabilitas tulang belakang.

Osteoporosis sendiri merupakan kondisi di mana kepadatan tulang berkurang.

"Kekurangan atau kehilangan kalsium pada tulang belakang menyebabkan pelemahan struktur atau kepadatan tulang," papar Dr. Ibnu Benhadi Sp.BS(K), dari Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta.

"Ini meningkatkan risiko fraktur kompresi yang dapat menyebabkan nyeri pinggang. Akibatnya, penderitanya kesulitan berdiri, jalan, duduk, atau mengangkat sesuatu," jelas Dr. Ibnu.

Wanita usia 40 tahun ke atas cenderung mengalami osteoporosis. Data lain menunjukkan, sebanyak 40 persen wanita dengan usia di atas 80 tahun dipastikan memiliki osteoporosis tulang belakang.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter spesialis akan menggunakan X-ray dan CT scan. Tidak tertutup pula kemungkinan pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan dual X-ray absorptiometry (DXA atau DEXA) scan.

Saat diagnosis osteoporosis tulang belakang ditegakkan, dokter dapat memberikan beberapa obat-obatan yang bertujuan mencegah fraktur tulang belakang. Menurut Dr. Ibnu, obat-obatan ini bekerja dengan cara memperkuat tulang dan mencegah pengeroposan.

Pada penderita osteoporosis yang sudah memiliki fraktur tulang belakang, pilihan terapi cukup beragam, dari obat penghilang rasa sakit dan bed rest hingga penggunaan korset khusus dan pembedahan.

Kondisi lain dari degeneratif tulang belakang adalah facet joint syndrome, layaknya artritis pada tulang rawan sendi.

Adanya peradangan sendi selanjutnya memicu sinyal rasa sakit pada cabang saraf sensori kapsul sendi facet. Nyeri yang berasal dari satu atau lebih sendi facet facet inilah yang kemudian secara medis disebut facet joint syndrome, atau facet arthropathy.

DR. Dr. Wawan Mulyawan Sp.BS(K), dari Brain & Spine Bunda Neuro Center, Jakarta, menjelaskan bahwa proses degeneratif tulang belakang menyebabkan penyebaran berat badan tidak merata ke sendi facet.

Beban ini mengakibatkan keausan pada sendi, rusaknya kapsul sendi, hingga munculnya taji tulang. Mirip artritis pada sendi lutut, perubahan ini menyulitkan seseorang bergerak secara bebas. Peradangan dan iritasi mengakibatkan otot sekitar sendi menjadi kaku dan sulit digerakkan.

"Yang khas dari facet joint syndrome adalah nyeri yang menyebar ke bokong jika terjadi di pinggang, atau menyebar ke bahu dan kepala bagian belakang jika terjadi di leher," jelas Dr. Wawan.

Rasa tidak nyaman atau pegal juga terasa tepat di atas sendi facet yang bermasalah. Diagnosis sendiri didasarkan atas informasi riwayat kesehatan pasien dan beberapa pemeriksaan lain, baik fisik maupun radiologi.

"Dapat juga dilakukan suntikan diagnostik menggunakan kortikosteroid dan obat anestesi yang diberikan melalui panduan X-ray fluoroskopi pada sendi facet, dan dievaluasi setelah 20-30 menit," ujar Dr. Wawan.

Jika nyeri berkurang hingga 70 persen, besar kemungkinan merupakan facet joint syndrome. Saat ini, teknologi invasif minimal seperti radio frekuensi ablasi juga bisa menjadi solusi mengatasi nyeri akibat facet joint syndrome dengan efektivitas terapi yang lebih baik.


Faktor Pemicu Degenerasi
* Usia.
* Genetika.
* Trauma.
* Pekerjaan.
* Kurang asupan nutrisi.
* Kebiasaan merokok.
* Faktor mekanik, termasuk kebiasaan mengangkat benda berat dan memutar tubuh secara berlebihan.


Gejala Degenerasi Tulang Belakang
*Nyeri punggung.
* Deformitas tulang belakang.
* Keterbatasan gerak.
* Kelemahan anggota tubuh.
* Penurunan fungsi sensoris.
* Disfungsi seksual.
* Gangguan buang air besar dan kecil.


Manfaat Endoskopi Disektomi
* Sayatan minimal (hanya 7 mm).
* Menggunakan anestesi lokal.
* Angka keberhasilan tinggi (mencapai 90 persen).
* Minimnya kehilangan darah saat tindakan.
* Tidak membutuhkan rawat inap.
* Luka bekas operasi yang minim.
* Proses pemulihan yang cepat.
* Pasca-tindakan, mobilitas tulang belakang tetap terjaga.

Komentar