Jangan Larang Anak Bermain

Dunia anak adalah dunia bermain, dan bermain bagi anak-anak merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun demikian, banyak orangtua tidak menyadari bahwa dibalik proses bermain terdapat banyak manfaat yang bisa diperoleh sang anak.

American Academic of Pediatrics (APP) seperti yang diulas parents.com, Kamis (5/11/2015) mengemukakan, bermain merupakan bagian penting dari kehidupan anak untuk memberikan kebahagiaan, perkembangan, pendidikan, dan mempererat hubungan antara orangtua dan anak.

Melalui bermain, anak dapat menggunakan kreativitasnya. Bermain juga dapat mengembangkan imajinasi, kecakapan, fisik, kognitif, dan emosi anak. Anak dapat mengeksplor dunianya, mempraktekkan peran orang dewasa, dan mendapatkan kepercayaan diri.

Selain itu, bermain juga dapat meningkatkan kemampuan sosial anak, dengan membantu mereka untuk belajar bagaimana bekerjasama di kelompok, saling berbagi, negosiasi, menyelesaikan masalah, dan menjadi mandiri.

Meski dianggap memiliki banyak manfaat, nyatanya para orangtua kini justru tidak memberi waktu lebih bagi sang anak untuk bermain. Di sekolah pun demikian, waktu yang ada lebih banyak digunakan untuk fokus pada kemampuan akademik. Anak-anak kini tidak jarang menerima tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik, yang pada akhirnya justru menjadikan mereka berada pada tingkat stres, kecemasan, dan depresi, yang tentu berimbas pada karakter sang anak sendiri.

Kunci untuk membantu anak mencapai kemampuan potensialnya tanpa memberikan tekanan adalah dengan menyeimbangkan antara bekerja dan bermain. Anak akan tumbuh menjadi lebih bahagia, bisa menyesuaikan diri dengan baik, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Berikut cara yang dapat dilakukan oleh orangtua seperti direkomendasikan American Academic Pediatrics (APP):

1. Berikan anak keleluasaan, waktu yang tidak terjadwal agar anak menjadi kreatif, merefleksikan apa yang dia rasakan, dan mengurangi tekanan.
2. Ajak anak untuk bermain permainan yang aktif (berlari-lari di taman atau sekeliling rumah) sebagai pengganti hiburan yang pasif (video games atau televisi).
3. Belikan anak mainan yang 'asli' seperti balok, lego, boneka yang dapat mengeluarkan imajinasi dan kreativitas anak, bukan mainan dari gadget.
4. Habiskan waktu yang tidak terjadwal dan tidak tersusun bersama dengan anak.
5. Tanyakan pada anak apa yang dia rasakan, apakah capek, terlalu banyak jadwal, atau terlalu banyak yang dia pikirkan.
6. Izinkan anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Komentar