Becak di Yogya Disukai Wisman

Di Yogya, becak yang jadi kendaraan kesukaan turis untuk pelesir bukanlah moda angkutan liar. Sejak 2010, tiap becak harus mengantongi surat izin operasional dan wajib menggunakan tanda nomor kendaraan seperti plat motor atau mobil. Langkah terobosan yang cerdas.

Pernah menjadi raja jalanan di berbagai kota, becak memiliki kekhasan sebagai moda transportasi tradisional yang nyaman dan menawarkan sisi romantisme. Kini moda transportasi ini menjadi ikon wisata sekaligus penunjang perekonomian. Bila di kota-kota lain di tanah air becak dilarang beroperasi, tidak demikian di Yogya. Di kota gudeg ini, becak tradisional justru mendapat tempat dan diperlakukan layaknya kendaraan bermotor. Bahkan ada payung hukum untuk becak.

Kota budaya ini menerapkan peraturan untuk moda kendaraan seperti becak agar melengkapi nomor kendaraannya seperti halnya transportasi umum berplat kuning. Peraturan Walikota Yogya Nomor 25 Tahun 2010 mewajibkan becak dan andong memiliki Surat Izin Operasional Kendaraan Tidak Bermotor (SIOKTB) agar dapat beroperasi. Selain SIOKTB, becak juga harus dilengkapi dengan Tanda Nomor Kendaraan Tidak Bermotor (TBKTB) yang bentuknya mirip dengan plat nomor dan mobil dan setiap tiga tahun sekali harus diperbarui.

Data dari Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogya tahun 2014 menunjukkan saat ini jumlah becak tradisional di Yogya sudah mencapai 8.600 buah yang aktif beroperasi baik resmi maupun tidak. Banyaknya becak yang beroperasi saat ini juga akan terus didata.

Keberadaan becak di Yogya memang populer. Moda transportasi tradisional beroda tiga ini pernah menjadi raja jalanan di berbagai daerah di Indonesia. Meski di beberapa kota besar kini sudah tinggal kenangan, kendaraan sederhana ini masih dapat ditemui di beberapa daerah, setidaknya di Yogya dan Solo.

Di kedua kota itu, becak masih menjadi kendaraan kayuh yang khas dan primadona. Selain biasa jadi tumpangan sehari-hari pedagang pasar atau rakyat kecil lainnya, becak juga menjadi alat angkut unik yang disukai para wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman).

"Becak yang pernah diragukan mampu bersaing dengan bus, taksi atau angkutan kota lainnya, ternyata tetap bertahan di Yogya. Keberadaan becak menciptakan romantisme tersendiri yang justru digemari masyarakat dan para wisatawan yang datang ke kota ini. Moda transportasi ini telah menjadi bagian dari sistem ekonomi khas Yogya. Becak bukan hanya masuk ranah transportasi saja, lebih dari itu berperan sebagai pendukung perekonomian pada rantai ekonomi lokal yang saling menguntungkan," ujar Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogya (DIY), Aris Riyanta.

Disukai Wisman

Moda transportasi ini terbukti mampu mendukung daya tarik wisatawan mancanegara di Yogya sehingga berpengaruh terhadap industri pariwisata. Aris mencontohkan figur Blasius Haryadi, seorang penarik becak yang dikenal dengan nama Harry van Yogya. Harry yang pernah menulis sebuah buku, The Becak Way, dan menggagas Yogya Becak Adventure ini menjadi salah satu contoh penarik becak yang mampu berperan sebagai agen pemandu wisata di Yogya. Penumpang becak tidak sekedar menikmati indahnya kota, melainkan juga belajar memahami kearifan, kehangatan dan keramahan warga Yogya.

Becak di Yogya pun banyak dimanfaatkan oleh para pemilik toko oleh-oleh dan manajemen hotel. Biasanya sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Penarik becak membawa penumpang yang kebanyakan wisatawan untuk berbelanja di toko oleh-oleh seperti bakpia dan batik. Mereka harus pandai berpromosi, mencoba membangkitkan minat penumpang untuk membeli sebanyak mungkin barang dan oleh-oleh. Jika sedang beruntung, para penarik becak bisa meraup tips yang cukup banyak dalam sekali tarikan.

"Sebagai ikon pariwisata, becak tentu harus memiliki nilai tambah dalam menunjang majunya industri tersebut. Kami dari Dinas Pariwisata DIY sering bekerja sama dengan para pengemudi becak tradisional dan becak motor untuk melatih kemampuan penunjang kepariwisataan, mulai dari bahasa Inggris, pengetahuan tentang cara melayani wisatawan dan seputar sejarah DIY," terang Aris.

Aris mengimbau agar para pengemudi becak di Yogya mampu menjadi pelopor keselamatan berlalu lintas dan memberikan pelayanan yang baik bagi penumpangnya. Pengemudi becak harus bisa mempertahankan budaya pelayanan yang baik sehingga menguatkan citra becak sebagai aset budaya dan wisata.


Komentar