Menulis Sebagai Terapi
Menulis punya manfaat besar bagi kita, dan ini didukung sejumlah studi yang terus meningkat belakangan ini.
Studi-studi tersebut menguak bahwa menulis tentang diri dan pengalaman kita bisa memperbaiki gangguan mood, meningkatkan memori, mengurangi gejala pada pasien kanker, menunjang kondisi kesehatan seseorang setelah serangan jantung, dan mengurangi frekuensi kunjungan ke dokter.
Sebagian besar studi terhadap dampak positif dari aktivitas menulis dipimpin oleh James Pennebaker, profesor psikologi dari University of Texas, AS. Dalam salah satu eksperimen, Pennebaker meminta sejumlah mahasiswanya untuk menulis selama 15 menit setiap hari.
Mereka lantas dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama menulis tentang masalah pribadi yang sedang mereka hadapi. Kelompok kedua tentang tema yang tidak berhubungan dengan hidup mereka. Hasilnya? Partisipan yang menulis tentang tema pribadi lebih jarang sakit.
"Menulis membuat orang menghadapi siapa diri mereka dan kemana mereka ingin melangkah," ujar Pennebaker. "Saya menganggap menulis ekspresif sebagai cara memperbaiki hidup."
Studi lain yang dilakukan oleh Johnson & Johnson Human Performance Institute meminta klien mereka untuk mengidentifikasi tujuan hidup, lantas menulis mengapa mereka belum bisa mencapainya.
Meski belum ada data jangka panjang dari studi ini, sejauh ini intervensi menulis menghasilkan penilaian diri yang lebih jujur, membuat partisipan memiliki peluang lebih besar untuk berubah menjadi lebih baik.
Timothy D. Wilson, profesor psikologi dari University of Virginia yang menjadi kepala studi tentang manfaat menulis, yakin bahwa meskipun menulis bukan solusi terhadap segala masalah, aktivitas tersebut dapat membantu kita dalam banyak hal.
"Menulis sebagai terapi bisa mengubah cara berpikir kita menjadi lebih optimis. Dengan menulis, kita menafsirkan ulang masalah dan menemukan makna baru dari situ," tegas Wilson.
Komentar